Motif batik Megamendung merupakan karya seni batik yang identik dan bahkan menjadi ikon batik daerah Cirebon dan daerah Indonesia
lainnya. Motif batik ini mempunyai kekhasan yang tidak ditemui di
daerah penghasil batik lain. Bahkan karena hanya ada di Cirebon dan
merupakan masterpiece, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata akan mendaftarkan motif megamendung ke UNESCO untuk mendapatkan pengakuan sebagai salah satu warisan dunia. Motif Batik Megamendung bisa ditemui di Pusat Grosir Batik Trusmi jalan Trusmi Kulon Nomor 148 dan Batik Cirebon Jalan Panembahan Utara No.2 Plered Cirebon.
Motif megamendung sebagai motif dasar batik sudah dikenal luas sampai
ke manca negara. Sebagai bukti ketenarannya, motif megamendung pernah
dijadikan cover sebuah buku batik terbitan luar negeri yang berjudul Batik Design, karya seorang berkebangsaan Belanda
bernama Pepin van Roojen. Kekhasan motif megamendung tidak saja pada
motifnya yang berupa gambar menyerupai awan dengan warna-warna tegas,
tetapi juga nilai-nilai filosofi yang terkandung di dalam motifnya. Hal
ini berkaitan erat dengan sejarah lahirnya batik secara keseluruhan di
Cirebon. H. Komarudin Kudiya S.IP, M.Ds, Ketua Harian Yayasan Batik Jawa Barat (YBJB) menyatakan bahwa:
“ | Motif megamendung merupakan wujud karya yang sangat luhur dan penuh makna, sehingga penggunaan motif megamendung sebaiknya dijaga dengan baik dan ditempatkan sebagaimana mestinya. Pernyataan ini tidak bermaksud membatasi bagaimana motif megamendung diproduksi, tapi lebih kepada ketidaksetujuan penggunaan motif megamendung untuk barang-barang yang sebenarnya kurang pantas, seperti misalnya pelapis sandal di hotel-hotel. | ” |
Sejarah motif
Sejarah timbulnya motif megamendung berdasarkan buku dan literatur yang ada selalu mengarah pada sejarah kedatangan bangsa China ke wilayah Cirebon. Hal ini tidak mengherankan karena pelabuhan Muara Jati di Cirebon merupakan tempat persinggahan para pendatang dari dalam dan luar negeri. Tercatat jelas dalam sejarah, bahwa Sunan Gunung Jati yang menyebarkan agama Islam di wilayah Cirebon pada abad ke-16, menikahi Ratu Ong Tien dari China. Beberapa benda seni yang dibawa dari China seperti keramik, piring dan kain berhiaskan bentuk awan.
Dalam faham Taoisme,
bentuk awan melambangkan dunia atas. Bentuk awan merupakan gambaran
dunia luas, bebas dan mempunyai makna transidental (Ketuhanan). Konsep
mengenai awan juga berpengaruh di dunia kesenirupaan Islam pada abad
ke-16, yang digunakan kaum Sufi untuk ungkapan dunia besar atau alam bebas.
Pernikahan Sunan Gunung Jati dengan Ratu Ong Tien menjadi pintu
gerbang masuknya budaya dan tradisi China ke keraton Cirebon. Para
pembatik keraton menuangkan budaya dan tradisi China ke dalam motif
batik yang mereka buat, tetapi dengan sentuhan khas Cirebon, jadi ada
perbedaan antara motif megamendung dari China dan yang dari Cirebon.
Misalnya, pada motif megamendung China, garis awan berupa bulatan atau
lingkaran, sedangkan yang dari Cirebon, garis awan cenderung lonjong,
lancip dan segitiga.
Sejarah batik di Cirebon juga terkait dengan perkembangan gerakan tarekat yang konon berpusat di Banjarmasin, Kalimantan Selatan.
Membatik pada awalnya dikerjakan oleh anggota tarekat yang mengabdi di
keraton sebagai sumber ekonomi untuk membiayai kelompok tarekat
tersebut. Para pengikut tarekat tinggal di desa Trusmi dan sekitarnya.
Desa ini terletak kira-kira 4 km dari Cirebon menuju ke arah barat daya
atau menuju ke arah Bandung. Oleh karena itu, sampai sekarng batik Cirebon identik dengan batik Trusmi.
Unsur motif
Motif megamendung yang pada awalnya selalu berunsurkan warna biru
diselingi warna merah menggambarkan maskulinitas dan suasana dinamis,
karena dalam proses pembuatannya ada campur tangan laki-laki. Kaum
laki-laki anggota tarekatlah yang pada awalnya merintis tradisi batik.
Warna biru dan merah tua juga menggambarkan psikologi masyarakat pesisir
yang lugas, terbuka dan egaliter.
Selain itu, warna biru juga disebut-sebut melambangkan warna langit
yang luas, bersahabat dan tenang serta melambangkan pembawa hujan yang
dinanti-nantikan sebagai pembawa kesuburan dan pemberi kehidupan. Warna
biru yang digunakan mulai dari warna biru muda sampai dengan warna biru
tua. Biru muda menggambarkan makin cerahnya kehidupan dan biru tua
menggambarkan awan gelap yang mengandung air hujan dan memberi
kehidupan.
Dalam perkembangannya, motif megamendung mengalami banyak
perkembangan dan dimodifikasi sesuai permintaan pasar. Motif megamendung
dikombinasi dengan motif hewan, bunga atau motif lain. Sesungguhnya
penggabungan motif seperti ini sudah dilakukan oleh para pembatik
tradisional sejak dulu, namun perkembangannya menjadi sangat pesat
dengan adanya campur tangan dari para perancang busana. Selain motif,
warna motif megamendung yang awalnya biru dan merah, sekarang berkembang
menjadi berbagai macam warna. Ada motif megamendung yang berwarna
kuning, hijau, coklat dan lain-lain.
Proses produksi
Proses produksinya yang dahulu dikerjakan secara batik tulis dan
batik cap, dengan pertimbangan ekonomis diproduksi secara besar-besaran
dengan cara disablon (printing) di pabrik-pabrik. Walaupun kain bermotif
megamendung yang dihasilkan dengan proses seperti ini sebenarnya tidak
bisa disebut dengan batik.
Wujud motif megamendungpun yang dulunya hanya dikenal dalam wujud
kain batik, sekarang bisa ditemui dalam berbagai macam bentuk barang.
Ada yang berupa hiasan dinding lukisan kaca, produk-produk interior
seperti ukiran kayu maupun produk-produk peralatan rumah tangga seperti
sarung bantal, sprei, taplak meja dan lain-lain.
sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Batik_Megamendung
Thanks for sharing.. Butuh bahan kain mori berkualitas dengan harga murah untuk membuat kain batik?.. Kunjungi toko kain online kami dan dapatkan penawaran menarik lainnya.. Regards : Fitinline..
BalasHapus